Dari budiarto syambazi – redaktur senior kompas
“gaya penulisan itu udah darisananya, nggak perlu dilatih. akan tumbuh dengan sendirinya dan khas untuk masing-masing penulis”
Dari Abdul kohar – deputi kepala divisi pemberitaan media indonesia
“kalau pacaran sama jurnalis, jangan desak untuk memercayai anda 100% karena jurnalis akan selalu menyisakan ruang skeptis (tidak gampang percaya) agar tetap kritis”
selain skeptis, jurnalis punya sifat curious, smelling a rat attitude, dan in a hurry!
jurnalis: menggauli hal yang besar, mencintai hal yang kecil
belajar nulis itu seperti halnya naik sepeda dan berenang, perlu praktik, nggak cukup hanya teori! 🙂
kalimat sederhana, tapi tidak terduga = keren! nggak perlu kata-kata klise.
tagline philips konon dibuat oleh Rendra yang notabene jago bikin kata-kata keren: terus terang philips terang terus. sederhana, tapi ngena kan?
Dari Fitriana saiful bachri kepala divisi marketing communication media indonesia
kreativitas, kemampuan membaca pasar (peluang), sadar persaingan, itu penting biar tidak tergerus perkembangan zaman!
ketika ada barang, tapi tidak sesuai kebutuhan, maka uang tidak berarti apa-apa
personal branding terbaik sepanjang masa: nama anda! maka ciptakan brand yang kuat dan bekerja samalah dengan media
‘becoming expert in managing your website” dari editor blog thejakartaglobe, abdul qowi bastian
hari gini harinya paperless media! *eh sekalian gogreen
pulitzer price 2012 sudah diraih oleh media online: huffington post. ini pertanda online media makin prospektif.
meski dituntut serba canggih, teknologi bukan segalanya, yang terpenting adalah orang di belakang kemudi
“on the internet, everyone is a journalist”
marketing a la website: masukkan brand di komunitas!
biar makin TOP: utamakan kualitas, bukan kuantitas. fokus pada apa yang jadi spesialisasi anda 🙂
Dari Mosista pambudi kepala galeri foto antara
di dunia photojurnalism, seorang yang gape pegang kamera belum layak disebut fotografer kalau sebelumnya belum jadi wartawan. membuat caption yang cuma satu paragraf saja bisa kelabakan kalau sebelumnya tidak ada mental wartawan.
the art of seeing: bagaimana kita bisa kreatif dalam melihat sesuatu. melihat dalam pengertian paling luas dan dalam, menggunakan indera, otak dan emosi. melebihi label dari benda yang kita pandang. bukan cuma monopoli mata!
rintangan terbesar dalam melihat: takut gagal! saat memotret, kita perlu pikiran yang tenang dan kosong (bukan otak kosong!)
fotografi memang punya aturan, tapi bukan berarti kita harus memaksakan untuk tunduk pada aturan itu
manual vs auto = beda feelnya!
lets observe! yang superkeren itu ketika kita bisa mendapat timing dan komposisi yang pas tanpa dipaksakan, jadi kenali objek dengan baik 😀
motret itu nggak sekedar datang, ada pendekatannya dulu
penting: berlatih merekam momen yang padu dengan cahaya dan estetika!
thinking sideways: langgar aturan untuk kembangkan kreativitas
lebih penting mana: kameranya canggih, atau fotografernya yang jago? :p
ternyata memberi space yang lebih besar pada arah tujuan objek yang aktif (seperti orang berjalan/berlari) bikin foto terlihat lebih oke!
sederhana selalu punya pesonanya tersendiri 🙂
make it simple: seleksi latar belakang, singkirkan pembuat kacau!
elemen garis penting buat mengarahkan, lekuk letter s sering dipakai sebagai simbol ketenangan B-)
kebanyakan pertimbangan bikin ide mampet! begitu ada ide, langsung laksanakan sajaa 😀